WASPADAI LALAT DENGAN OBAT YANG TEPAT

Diterbitkan pada

Musca
Sumber gambar : Google images

    Bulan Mei merupakan masa peralihan antara penghujan dengan kemarau. Kondisi tersebut sering menjadi salah satu pemicu permasalahan yang dialami oleh peternak karena sering terjadi peningkatan jumlah penyakit yang menyerang unggas seiring datangnya masa peralihan. Tidak heran bila peternak sering mengeluhkan turunnya produktivitas unggas dan memicu kerugian.

    Masuknya musim kemarau menjadi awal peningkatan populasi serangga, termasuk di dalamnya serangga lalat yang menjadi salah satu parasit eksternal (ektoparasit) bagi unggas. Jenis lalat yang biasa menyerang unggas yaitu agas atau mrutu (Family Diptera: Ceratopogonidae). Ada empat genus yang termasuk di dalamnya, meliputi Culicoides, Forcipomyia, Austroconops dan Leptoconops. Namun, genus yang paling utama yaitu Culicoides. Dari 100 spesies Culicoides yang terdapat di Indonesia, jenis Culicoides arakawae dan Culicoides circumscriptus yang biasa menyerang unggas.

    Perilaku dari Culicoides betina yakni menggigit ternak pada waktu sore dan malam hari yang tenang tak berangin. Hanya lalat betina yang mengisap darah, sedangkan lalat jantan mengisap cairan tumbuh-tumbuhan. Peranan Culicoides di dunia kesehatan hewan adalah sebagai pengisap darah yang sangat mengganggu dan menjadi vektor penyakit, seperti Leucocytozoonosis pada unggas. Gigitannya dapat menyebabkan iritasi dan membuat ketidaknyamanan pada ternak. Di siang hari lalat berkerumun di dekat kolam atau rawa-rawa, serta tanah lembab yang disukai untuk berkembang biak. Di area peternakan ayam, sapi maupun ternak lainnya sering ditemukan lalat ini karena banyak habitat yang sesuai, seperti tumpukan kotoran dan lantai kandang yang becek.

    Selain Culicoides, lalat rumah (Musca domestica) juga merupakan lalat yang perlu diwaspadai terkait dengan peranannya sebagai vektor Avian Influenza (AI) di unggas. Berdasarkan laporan Wuryastuti dan Wasito (2013), dari sampel lalat rumah yang diambil dari peternakan berbeda, terdeteksi secara molekuler adanya AI H5N1 dengan menggunakan metode RT-PCR. Lalat rumah memiliki kemungkinan untuk membawa virus AI dari feses ayam yang terinfeksi kemudian ditransfer ke mulut, bagian tubuh lain, muntahan atau feses  lalat sehingga mampu mengontaminasi pakan hewan.

    Cara untuk pengendalian lalat perlu dilakukan secara menyeluruh, baik mekanis maupun kimiawi. Secara umum pemberantasan lalat dilakukan secara kimiawi, namun cara tersebut bukanlah cara utama, melainkan penyempurnaan dari cara mekanis. Secara mekanis dapat dilakukan dengan pembersihan kandang secara rutin, seperti pembuangan feses yang menumpuk keluar area kandang, pemberian kipas angin dengan kecepatan tertentu dengan arah aliran keluar kandang, ataupun dengan alat elektrik yang dilengkapi bahan penarik perhatian lalat. Kedua cara tersebut penting diaplikasikan oleh peternak untuk memudahkan dalam pemberantasan lalat.

    Banyak bahan kimiawi yang dapat digunakan dalam pemberantasan lalat. Umumnya digunakan untuk pemberantasan lalat dewasa dan melewatkan larva lalat yang mungkin bersarang dalam kandang. Lalat yang berkeliaran hanya sekitar 20%, sedangkan telur, larva maupun pupanya yang tersembunyi mencapai 80%. PT Tekad Mandiri Citra menyediakan produk yang sesuai untuk kebutuhan peternak dalam memberantas larva lalat dan lalat dewasa. SIRNASET dan SIRNASET-10 merupakan produk utama yang efektif dalam pemberantasan larva lalat. Aplikasinya yakni dengan cara mencampurkannya dalam pakan dan dilarutkan dalam air untuk disemprotkan pada kotoran ternak. Untuk pemberantasan lalat dewasa dapat digunakan produk terbaru dari PT Tekad Mandiri Citra yakni FLY-OFF. Secara umum aplikasi produk ini tergolong mudah dengan efektivitas yang tinggi yakni dengan dilarutkan dengan air dan disemprotkan langsung ke kandang dan lingkungannya.