SIAP TEMPUR MELAWAN MIKOTOKSIN

Diterbitkan pada

Mycotoxin source altech
Sumber gambar : https://content.yudu.com/web/1r3p1/0A1zifp/mycotoxins/html/index.html?page=26&origin=reader

    Indonesia merupakan negara beriklim tropis karena berada di garis khatulistiwa yaitu garis vertikal yang membagi bumi menjadi 2 bagian. Dengan kata lain, Indonesia hanya memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan penghujan. Kondisi Indonesia yang beriklim tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi menyebakan jamur mudah tumbuh sehingga berpengaruh terhadap penurunan kualitas bahan baku pakan ternak.

    Pakan merupakan sumber nutrisi utama ternak. Komponen utama penyusun pakan adalah biji-bijian yang mudah terkontaminasi jamur seperti jagung, gandum, dan kedelai. Jamur yang umum tumbuh pada biji-bijian adalah spesies Aspergillus, Fusarium dan Penicilium. Selain biji-bijian media yang berpotensi sebagai pertumbuhan jamur antara lain sekam dan gudang pakan yang lembab, pakan dengan kadar air > 14%, serta tempat pakan dan tempat minum yang jarang dibersihkan. Jamur yang terdapat di bahan pakan, pakan jadi atau lingkungan akan menghasilkan metabolit yang disebut mikotoksin.

    Mikotoksin adalah metabolit sekunder yang dihasilkan oleh jamur (Aspergillus, Fusarium dan Penicilium) bersifat toksik dan berdampak negatif terhadap performa atau produktivitas ternak. Mikotoksin yang umum yaitu Aflatoxin, Zearalenone, Ochratoxin, Trichocetenes (T-2 toxin) dan Fumonisin. Mikotoksin yang sudah terdapat dalam pakan tidak dapat dihilangkan karena sifat mikotoksin yang stabil, tahan terhadap pemanasan dan tidak hilang saat proses produksi pakan. Ayam peka terhadap adanya mikotoksin terutama aflatoksin. Standar SNI aflatoksin pada jagung yaitu maksimal 50 ppb. Penyakit akibat mikotoksin disebut mikotoksikosis.

  Bahaya mikotoksikosis yang menyerang ternak khususnya unggas yaitu imunosupresif sehingga ayam mudah terinfeksi penyakit, penurunan feed intake, pertumbuhan ayam terhambat, standar berat badan ayam tidak tercapai, menyebabkan penurunan produksi dan kualitas telur. Perubahan organ ayam yang mengalami mikotoksikosis tidak spesifik antara lain hati membengkak berwarna kuning-pucat, ginjal membengkak, dan erosi pada ventrikulus. Diagnosa utama dilakukan dengan pemeriksaan pakan.

Gambar 1. Efek mikotoksin terhadap kualitas telur dan embrio

(sumber: https://allaboutfeed.net/Mycotoxins/Articles/2018/10/Mycotoxins-Their-effect-in-breeder-hens-352992E/)

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN

    Pencegahan mikotoksikosis dilakukan dengan pemeriksaan kualitas bahan baku pakan secara rutin salah satunya dengan uji proksimat. Kadar air dalam bahan baku pakan atau pakan jadi maksimal adalah 14%. Apabila kadar air lebih dari 14% harus segera dilakukan pengeringan. Pakan disimpan dalam gudang khusus pakan yang kering, berventilasi dan bebas hama. Pakan diletakkan diatas palet (alas pakan) dengan jarak antar tumpukan tidak terlalu sempit. Penggunaan pakan dengan sistem FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expired First Out).

  Penggunaan mycotoxin binder dalam pakan mampu menekan kejadian mikotoksikosis. Mycotoxin binder adalah feed additive yang ditambahkan dalam pakan berfungsi untuk mengikat mikotoksin di dalam saluran pencernaan ayam sehingga mikotoksikosis tidak terjadi dan keluar bersama feses. Mycotoxin binder yang efektif untuk mencegah mikotoksikosis antara lain Diatomite dan Diatomite-Spectra. Diatomite merupakan mycotoxin binder organik. Diatomite-Spectra juga mycotoxin binder organik dengan kandungan lebih lengkap, mengandung Diatomite, yeast, dan Clipnotilolite. Diatomite berasal dari Alga Melosira granulata dengan luas permukaan yang luas dan berpori-pori sehingga efektif untuk mengikat mikotoksin. Diatomite berukuran < 100 µm lebih besar dari ukuran partikel mikotoksin dan lebih kecil dari ukuran partikel obat, vitamin, mineral, dan nutrisi lainnya sehingga hanya dapat mengikat mikotoksin. Yeast mengandung β-glucans dan Mannan Oligosakarida (MOS). β-glucans berperan dalam meningkatkan pembentukan imunitas. MOS merupakan prebiotik berperan menghambat kolonisasi bakteri patogen dalam usus dan sebagai enterosorbent untuk mengikat mikotoksin. Clipnotilolite efektif mengikat mikotoksin dalam semua suasana pH saluran pencernaan dan sebagai bahan alami pengikat amoniak.

   Diatomite dan Diatomite-Spectra sangat efektif untuk mengatasi mikotoksin dalam pakan dan melindungi hewan ternak dari resiko mengalami mikotoksikosis tanpa mengikat zat nutrisi. Pemberian Diatomite dan Diatomite-Spectra 1-2 kg per ton pakan mampu menjaga dan mempertahankan standar produksi dan kualitas telur, memperbaiki fungsi usus, meningkatkan efisiensi pakan dan tingkat pertumbuhan, mengurangi penyakit parasit internal, menurunkan resiko kejadian wet drop, dan menurunkan kadar amoniak.