SEPAK TERJANG PENYAKIT UNGGAS

Diterbitkan pada

Broiler farm 800x400
Sumber gambar : Google images

    Penyakit unggas merupakan salah satu penghambat serius dalam bisnis budi daya perunggasan. Sepak terjang penyakit unggas merupakan pekerjaan yang tidak mudah dihentikan oleh berbagai pihak, baik oleh peternak, para perusahaan obat, maupun pemerintah. Kondisi penyakit unggas di tahun 2016 masih tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, berbagai macam penyakit seperti Chronic Respiratory Desease (CRD), Koksidasis, Avian Influenza (AI), New Castle Disease (ND) dan penyakit lainnya. Penyakit unggas yang sangat cepat mewabah, semakin diperparah dengan kodisi cuaca yang tidak menentu pada beberapa tahun terakhir ini. Waspada sejak dini sembari melakukan tata cara budi daya terbaik sudah sepantasnya dilakukan semua peternak. Pada akhirnya kesuksesan beternak hanya mampu diraih oleh kedisiplinan peternak itu sendiri. Menjaga lingkungan kandang yang kondusif, waktu vaksinasi yang tepat, serta biosekuriti yang dijalankan dengan baik dan konsisten akan membuat kesuksesan beternak unggas bukan hanya menjadi impian, namun terwujud menjadi kenyataan.

    Pola yang selalu berulang, ditambah dengan cuaca yang tidak menentu, menambah daftar panjang faktor penyebab meningkatnya beberapa kasus penyakit unggas di Indonesia. Pada bulan Agustus hingga Oktober tahun ini di Jawa banyak ditemukan ayam yang diduga terjangkit infeksi adenovirus, penyakit yang dimaksud adalah Inclusion Body Hepatitis (IBH), dimana penyakit ini sangat jarang ditemukan di lapangan. Hanya saja jika sudah menyerang kandang, maka kerugian ekonomi yang diakibatkan cukup besar karena ayam mati mendadak dengan tingkat kematian yang tinggi. Bulan-bulan basah seperti September-Desember adalah waktu yang nyaman untuk penyakit masuk kandang dengan masa yang paling parah umumnya pada bulan Januari-Maret, sedangkan penyakit IB dan Gumboro banyak menyerang di musim kering. Penyakit yang banyak menyerang kandang tidak hanya berasal dari satu faktor saja, namun juga disebabkan oleh mutasi virus yang semakin ganas atau faktor bakteri lainnya.

    Penyakit Gumboro sering muncul pada masa peralihan musim, seperti dari musim panas (kemarau) ke penghujan.  Ayam yang kurang sinar matahari, kondisi kandang yang lembab, disertai hujan angin yang terkadang datang secara tiba-tiba mengakibatkan Gumboro cepat sekali masuk kandang. Gumboro merupakan penyakit menular akut pada ayam berumur muda yang ditandai dengan peradangan berat bursa fabrisius dan bersifat immunosupresif yaitu lumpuhya sistem pertahanan tubuh ayam yang mengkibatkan turunnya respon ayam terhadap vaksinasi dan ayam-ayam menjadi lebih peka terhadap pathogen lainnya.

    Mutasi virus AI terjadi setiap siklus 3-5 tahunan, awal ditemukannya mutasi virus tersebut yaitu clade 2.3 di akhir tahun 2012. Oleh karena itu, harus ada evaluasi baru terhadap jenis vaksin yang digunakan apakah ada perubahan atau tidak, manajemen pemberian vaksin secara tepat dan penerapan biosecurity secara ketat. Pada tahun 2016 juga terjadi fluktuasi kelembaban lingkungan yang begitu besar sehingga menyebabkan ayam mudah stres dan kesehatan tubuh ayam mudah terganggu. Karena kondisi lingkungan yang berubah drastis inilah ketahanan tubuh ayam mudah terganggu.

    Mikotoksikosis juga meningkat setiap tahun terutama di tahun 2016. Kondisi lingkungan yang lembab membuat kualitas bahan baku pakan berfluktuasi, jamur lebih besar kemungkinannya untuk tumbuh dan menghasilkan mikotoksin. Mikotoksin mengakibatkan metabolisme karbohidrat, lemak dan sintesa protein terganggu, akibatnya pakan tidak optimal dicerna oleh ayam sehingga pertumbuhan bobot badan pun akhirnya tidak optimal.

    Dalam menghadapi terjangan penyakit yang akan dihadapi di waktu yang akan datang, TMC memiliki berbagai macam produk yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan hewan ternak. Produk TMC yang sudah banyak beredar di pasaran meliputi kelompok antibiotik yang berguna untuk menanggulangi kasus bakterial, produk parasit untuk penanganan kasus yang disebabkan oleh parasit baik itu endoparasit maupun ektoparasit, serta kelompok produk vitamin dan desinfektan.

    Dengan adanya berbagai varian produk TMC tersebut, diharapkan TMC bisa membantu menjaga kesehatan hewan demi meningkatkan kesejahteraan semua pihak yang berkecimpung dalam dunia peternakan.


Sumber referensi:
POULTRY INDONESIA, edisi Desember 2016 Vol. XI