Mini Syndrome yang Masih Terus Mengikuti DOC

Diterbitkan pada

3.1
sumber gambar : Google images

       Mini syndrome merupakan sebuah kasus yang sudah bertahun-tahun dan telah akrab dengan peternak yang muncul saat day old chicken (DOC) memasuki kandang sehingga tidak bisa berkembang dengan baik. Awal mula munculnya kasus ini yaitu di tahun 1990-an ke atas dan menjadi biasa ditemui dikemudian hari.

        Kekerdilan pada ayam berarti hilangnya uang yang ditabung, ditanam, dan diputar untuk kemajuan peternakan tersebut. Baik peneliti, pembibit maupun peternak sudah berupaya dalam mencari penyebab, memperbaiki manajemen hatchery, sanitasi dan biosecurity kandang, namun kasus tersebut tetap muncul. Dampak kekerdilan pada peternak bermacam-macam: pertama, kematian pada ayam meningkat, sehingga indeks produksi menurun. Kedua, adanya penularan baik bakteri maupun virus yang dibawa oleh ayam yang terkena penyakit kerdil kepada ayam yang lain. Kemudian mengakibatkan biaya produksi meningkat karena kematian tinggi. Hal itu menjadi monster yang cukup membahayakan, namun kita harus mampu mengelolanya agar usaha yang ada tidak hancur.

        Kasus kekerdilan juga disebut sebagai Runting and Stunting Syndrome (RSS). Dulu kasus RSS terjadi pada broiler, namun sekarang juga dapat terjadi pada layer di usia dara. Pertumbuhan terhambat, masa produksi pun lambat umur. Secara patologi anatomi tampak rusaknya usus, pankreas dan proventrikulus sehingga terjadi malabsorbsi, berat badan tidak tercapai, alat reproduksi tidak berkembang, menjadi kecil atau belum besar seperti normalnya, sehingga umur 16-17 minggu yang seharusnya sudah mulai belajar bertelur menjadi mundur di umur 19-20 minggu.

        Sebenarnya penyebab utama dari kasus RSS yaitu Reovirus, tetapi ada faktor lain yang ikut mempengaruhi dan semakin memperburuk kejadian. Seperti kejadian kasus RSS pada layer, walaupun vaksinasi dan biosecurity yang dilakukan sudah baik, namun jika pakan yang diberikan kurang baik kualitasnya, kondisi pemeliharan ayam menjadi tidak berimbang.

        Kasus kekerdilan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi:

  1. Indukan ayam yang masih muda (usia induk kurang dari 35 minggu atau pada saat puncak produksi), sehingga berat badan DOC yang dihasilkan kecil dan  maternal antibody yang rendah.
  2. Induk terserang Salmonella enteritis.
  3. Manajemen hatchery kurang bagus, seperti pengelolaan waktu telur tetas terlalu lama, tidak ada grading telur tetas dan multi age telur tetas. DOC terlalu lama di ruang seleksi.
  4. Buruknya manajemen kandang, seperti biosecurity, sanitasi, kualitas DOC, kualitas pakan dan kuantitas pakan yang tidak sesuai.
  5. Lingkungan sekitar kandang yang buruk akibat suhu rendah dan kelembaban yang tinggi memicu timbulnya stress pada ayam, kepadatan populasi dalam kandang serta endemik penyakit imunosupresi di area tersebut.
  6. Penyakit akibat virus, seperti Reovirus, Marek CAV maupun Gumboro. Namun, Reovirus tetap menjadi penyebab utama kekerdilan.

        Gejala klinis tampak pada umur 4-8 hari dengan ciri malas bergerak, bulu kusam, coprophagia (memakan litter/feses) dan hipoglikemia pada uji gula darah. Berat ringannya gejala yang timbul dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

  • 5 - 10% populasi berkategori ringan
  • 10 - 30% populasi berkategori buruk
  • > 30% populasi berkategori tinggi/ parah

        Sedangkan pada umur 2 minggu dapat menunjukkan gejala seperti bulu sekitar kepala dan leher tetap yellow heads, bulu primer sayap patah/dislokasi (helicopter birds/stress binding), kulit kaki kering/pucat dan kotoran berisi pakan yang masih utuh. Jika dilakukan nekropsi pada ayam sakit, perubahan utama terjadi pada usus yang tampak pucat, tipis, berisi material cair hingga berlendir, terkadang disertai peradangan pada proventrikulus, degenerasi pankreas dan ingesta di usus bagian belakang masih utuh.

        Selain melihat patologi anatomi untuk diagnosa penyebab kasus kekerdilan, perlu pula adanya peneguhan diagnosa di laboratorium dan pelaksanaannya tentu kurang mudah bagi peternak. Namun, tidak ada salahnya peternak mengetahui diagnosa laboratorium yang bisa dilakukan, seperti isolasi dan identifikasi virus. Selain itu, ada juga pemeriksaan serologis yang meliputi Agar Gel Precipitation Test (AGPT), Virus Neutralization (VN) Test, Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Penyakit kekerdilaan sering disalah tafsirkan seperti koksidiosis karena adanya eksudat coklat kekuningan pada fese, ada pula yang mengira seperti defisiensi vitamin E karena adanya nekrosis pada pangkal tulang paha.

        Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu mencegah infeksi sekunder dengan produk antibiotik seperti COLISTAN, ENROTEN, ERI-PLUS karena jika kekerdilan ini disebabkan oleh virus, maka belum ada obatnya. Selain itu, pelaksanaan vaksinasi Reovirus harus tercatat dari hatchery asal DOC. Pemberian TM-VITA yang mengandung vitamin lengkap juga dapat membantu untuk pertumbuhan ayam. Sanitasi kandang menggunakan SPECTARAL atau BENZAKLIN, membatasi tamu yang masuk, mencegah hewan liar keluar masuk area kandang serta menjaga kualitas pakan dan air. Pemilihan bibit DOC saat chick-in, memisahkan ayam yang positif sakit, serta penerapan sistem all in all out untuk pemeliharaan ayam juga harus diperhatikan.


Sumber Referensi:
Retno, F. Diyanti, Lestariningsih, C. Lilis, Purwanto, Budi dan Hartono, Suwadi. 2015. Penyakit-penyakit Penting Pada Ayam. Bandung: PT Medion.
Infovet Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. Edisi 238 Mei 2014.
Infovet Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. Edisi 140 Maret 2006.