Kunci Keberhasilan Manajemen Kandang Close House di Indonesia Saat Musim Kemarau

Diterbitkan pada

Foto kandang closed house
Sumber gambar : Tim Technical Support TMC

Industri perunggasan terus menerus mengalami perkembangan dalam berbagai lini sektor, mulai dari genetik, sistem kandang, teknologi pakan, maupun deteksi dan penanganan penyakit. Namun seiring berkembangnya industri perunggasan, selalu muncul berbagai macam ancaman yang dapat mengganggu. Salah satunya selain penyakit adalah masalah perubahan cuaca yang tidak menentu. Untuk itu diharapkan sebuah perkembangan teknologi dalam sistem perkandangan dalam menghadapi hal tersebut. Perkembangan dalam sistem kandang yang terjadi di Indonesia kini mulai menuju kearah sistem kandang tertutup atau sistem kandang close house. Kandang close house di harapkan mampu menjadi solusi dalam menghadapi perubahan cuaca yang tidak menentu seperti yang sedang terjadi saat ini.


Bentuk kandang close house broiler

(Sumber : Tim Technical Support TMC)

Kandang tipe tertutup atau close house dibuat dengan tujuan agar keadaan lingkungan luar seperti udara panas, hujan, angin, dan intensitas sinar matahari tidak berpengaruh banyak terhadap keadaan di dalam kandang. Close house merupakan suatu sistem, karena merupakan suatu sistem maka diperlukan banyak komponen dapat berjalan dengan baik. Jika ada salah satu komponen tidak berfungsi dengan baik, maka akan mempengaruhi keberhasilan sistem kandang close house. Komponen kandang close house meliputi inlet sebagai tempat masuknya udara segar yang dipasang coolingpad atau celldeck untuk memberikan efek dingin saat udara masuk. Ada komponen inlet dan outlet sebagai sistem masuk dan keluarnya udara. Komponen tambahan lainnya meliputi temptron, heater, panel, pencampur obat, instalasi tempat pakan dan air minum.


Sitem ventilasi close house tipe tunnel ventilation.

(Sumber : Anonim, 2015)

Sistem ventilasi pada kandang close house umumnya ada dua macam, sistem tunnel ventilation, cross ventilation, dan kombinasi yaitu cross tunnel. Untuk sistem ventilasi yang banyak digunakan di Indonesia adalah tunnel ventilation. Tunnel ventilation menggunakan inlet untuk jalur masuknya udara menggunakan coolingpad atau celldeck, kemudian terdapat outlet untuk mengeluarkan udara menggunakan exhaust fan.

Pengaturan Kipas dengan Minimum Ventilasi

Salah satu pedoman dalam menentukan pengaturan kipas pada kandang close house broiler tipe tunnel ventilation adalah dengan menerapkan rumus perhitungan Minimum Ventilasi. Minimum ventilasi bisa diartikan sebagai minimal jumlah kipas atau exhaust fan yang perlu dihidupkan sesuai dengan bobot badan harian terutama pada saat lepas broding, sehingga suasana di dalam kandang yang dihasilkan mampu mencapai temperatur efektif. Minimum ventilasi close house dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:


Melalui perhitungan minimum ventilasi kita dapat menentukan pengaturan kipas pada kandang untuk menyala secara terus menerus dan menyala secara intermitten. Saat melakukan pengaturan kipas, sangat penting memperhatikan aktivitas ayam, apakah menunjukan suasana yang nyaman atau tidak.

Pengamatan menggunakan anemometer

Daya kipas juga harus rutin diperiksa menggunakan alat anemometer, karena semakin lama motor atau dinamo pada exhaust fan berputar maka suatu saat akan mengalami penurunan daya atau kemampuan sehingga menyebabkan pengaturan kipas yang biasanya tepat menjadi tidak tepat. Maka perlu setiap periode melakukan pemeriksaan daya kipas. Kecepatan udara dalam kandang juga perlu diamati menggunakan anemometer, jangan sampai terlalu kencang atau terlalu pelan, karena akan mempengaruhi kenyamanan ayam terutama dalam mencapai temperatur efektif. Pada bagian Inlet perlu juga diamati menggunakan anemometer, jika pada masa lepas brooding kecepatan udara pada inlet tidak kencang maka bisa beresiko menimbulkan tidak meratanya udara di dalam kandang atau yang bisa disebut dengan istilah “mati angin”.

Pengaturan Kipas dapat berubah Terkait Perubahan Cuaca

Selain melakukan pengaturan kipas dengan perhitungan minimum ventilasi hingga menemukan berapa kipas yang menyala secara terus menerus dan intermitten, perlu tetap memantau kondisi aktivitas ayam dan pemeriksaan suhu kloaka dengan standar 39,5-40,5o C. Pengaturan kipas juga perlu mempertimbangkan kondisi suhu dan kelembaban lingkungan kandang dan waktu saat panas atau tidak. Karena kondisi cuaca di luar kandang akan membuat perubahan suhu dan kelembaban udara yang akan dibawa ke dalam kandang.

Maka sangat perlu dilakukan pengamatan yang lebih rutin untuk megoperasikan kipas saat terjadi perubahan cuaca. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap perhitungan minimum ventilasi dari segi konstanta CFM yang digunakan. Jangan sampai melakukan pengaturan kipas yang sama antara pagi, siang dan malam, karena akan memberikan hasil yang berbeda. Dari situ perlu adanya pengamatan pola perubahan cuaca yang terjadi kemudian melakukan pengaturan kipas sekaligus memperhatikan kondisi dan aktivitas ayam. Amati juga suhu dan kelembaban, jangan sampai ayam mengalami heatstress / cekaman panas. Pada kandang close house, pada saat kondisi suhu dan kelembaban tinggi dapat terbantu dengan adanya Wind Chill Effect atau efek penurunan suhu akibat dari kecepatan udara yang ada di dalam kandang.


Index Heatstress pada ayam

(Sumber : Cobb, 2008)

Meskipun Suasana di dalam kandang dapat dikendalikan, kasus masih saja muncul

Kasus yang sering muncul pada kandang close house diantaranya seperti CRD, Snot, dan Necrotic enteritis disertai koksidiosis. Pengaturan kipas yang kurang tepat, menyebabkan sirkulasi udara yang kurang baik disertai penumpukan amonia dari sekam dapat menimbulkan masalah pencernaan. Kasus koksidiosis terkadang masih muncul yang diduga dapat bersumber dari sekam yang digunakan. Pengamatan dan pergantian sekam menjadi perhatian supaya kondisi kesehatan ayam broiler tetap terjaga. Maka diperlukan juga pengendalian ammonia dengan cara menjaga sekam tetap kering, tidak menggumpal, basah, ataupun sampai berbau. Cekaman panas yang terjadi juga perlu diatasi untuk menjaga ayam tetap dalam kondisi yang optimal. Untuk mengatasi kasus CRD Kompleks dan Snot dapat diberikan antibiotik TYLOQUIN, ERI-PLUS dan INTERSPECTIN-L WS. Kasus Necrotic enteritis dapat diatasi dengan pemberian NEO-MONOXAN dan INTRAMOX-200 WS, jika muncul kasus koksidiosis dapat diberikan antikoksi seperti INTRACOX ORAL, DICLACOXY, dan AMPROLIN-300 WS. Tidak lupa juga pemberian supportif seperti vitamin penambah bobot badan INTROVIT-4+ WS dan INTROVIT ORAL, pemberian vitamin dan elektrolit serta selenium untuk mengatasi segala macam bentuk stres seperti TM-VITA, serta pemberian HEPAMUN sebagai hepatoprotektor serta asam amino untuk pertumbuhan yang optimal.