Ketosis pada Sapi Perah, Bisa Dicegah dengan Butasal-100

Diterbitkan pada

Image
Sumber gambar : https://www.republica.com/2018/04/20/vaca-mamifero-hombre/

    Masa transisi saat partus/melahirkan merupakan masa kritis pada sapi perah. Pada masa transisi ini terjadi penurunan dry matter intake (DMI)/bahan kering (BK) sedangkan pada saat yang sama sapi mengalami peningkatan kebutuhan energi, kalsium, antioksidan, dan protein. Pada masa transisi, DMI tidak dapat memenuhi peningkatan kebutuhan energi untuk maintenance dan produksi, sehingga menyebabkan Negative Energy Balance (NEB) dan aktivasi katabolisme. Sebagai konsekuensinya terjadi peningkatan lipolisis (pemecahan cadangan lemak tubuh), diikuti dengan peningkatan konsentrasi non-esterified fatty acid (NEFA)/asam lemak tidak teresterifikasi di plasma. Peningkatan lipolisis pada masa periparturien (sesaat sebelum dan setelah melahirkan) pada sapi perah diikuti dengan peningkatan kejadian penyakit seperti ketosis, retensi plasenta, metritis, mastitis, displacement abomasum, dan penurunan imunitas. Tingginya konsentrasi NEFA di plasma darah menyebabkan ketosis yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi benda keton (asetoasetat, aseton, B-hidroksi butirat/BHBA) dalam darah, susu, dan urin. NEFA dan BHB digunakan sebagai indikasi adanya NEB.


Gambar 1 Proses Lipolisis

Sumber: https://id.pinterest.com/pin/441845413432869341/

    Pemberian butafosfan dan vitamin B12 dibutuhkan pada sapi yang beresiko mengalami ketosis seperti hewan yang tua, yang memiliki masa kering kandang panjang, dan BCS tinggi. Sapi yang sudah melahirkan lebih dari 3 kali lebih beresiko terjadi ketosis. Sapi dengan BCS ≥4 lebih beresiko terjadi ketosis subklinis daripada dengan BCS ≤3. Sapi dengan BCS tinggi akan mengalami penurunan DMI yang tinggi, sehingga terjadi memobilisasi lemak, menghasilkan NEFA, kemudian terbentuk benda keton.

    Butafosfan merupakan komponen yang digunakan sebagai sumber fosfor organik untuk hewan. Pada sapi perah, fosfor pada jaringan hati akan menurun kadarnya pada saat awal masa laktasi. Saat glukoneogenesis dan glikolisis, terdapat proses fosforilasi sehingga proses glukoneogenesis dan glikolisis diatur oleh ketersediaan fosfor. Selain itu, fosfor merupakan komponen penting pada asam nukleat, ATP, dan AMP, sehingga berpengaruh pada metabolisme energi.

    Methylmalonyl-CoA mutase merupakan enzim yang bekerja bersama vitamin B12 mengubah propionat menjadi succinyl-CoA yang digunakan pada siklus Krebs. Proses glukoneogenesis menghasilkan asetil KoA dalam jumlah banyak. Asetil KoA akan diubah menjadi energi jika masuk ke siklus Krebs.


Gambar 2 Peran Metylmalonyl-CoA dalam siklus Krebs

Sumber : https://www.mdpi.com/2072-6643/8/2/68/htm

    Kadar vitamin B12 biasanya rendah pada awal masa laktasi. Kekurangan vitamin B-12 ini dapat menyebabkan penurunan fungsi enzim methylmalonyl-CoA mutase, menurunkan penggunaan propionyl coA untuk menghasilkan succinyl coA, dan asetil KoA tidak dapat masuk ke dalam siklus Krebs sehingga menyebabkan ketogenesis. Dengan menyediakan tambahan vitamin B12, siklus Krebs semakin aktif menghasilkan energi dari Asetil KoA. Selain itu, pemberian vitamin B12 juga meningkatkan ketersediaann glukosa. Semakin tinggi kadar insulin dan glukosa, semakin rendah kadar NEFA dan BHBA. Cyanocobalamin berkontribusi juga dalam menurunkan NEFA, terlibat dalam sintesis metionin, donatur metil untuk kolin dan karnitin. Kolin dan karnitin ini berpartisipasi pada metabolisme dan transport lemak di dalam tubuh.


Gambar 3 Hasil Penelitian Pereira et al. (2013)

    Penelitian Pereira et al. dilakukan pada sapi FH: a) kelompok kontrol, b) kelompok butafosfan 1000 mg+0.5 mg B12, c) kelompok butafosfan 2000 mg+1 mg B12. Butafosfan dan vitamin B12 diberikan setiap 5 hari post partus (hari ke-0, 5, 10, 15, dan 20). Penelitian ini menunjukkan efek butafosfan berkontribusi dalam pembentukan ATP. Saat negatif energi balance terjadi, konsentrasi NEFA tinggi, menyebabkan rilis sitokin dan menghambat dry matter intake dan produksi susu turun. Terapi ini menurunkan konsentrasi plasma NEFA dan BHB serta meningkatkan produksi susu.


Gambar 4 Hasil Penelitian Furll et al. (2009)

    Penelitian Furll et al. dilakukan pada sapi FH: C0 = kelompok kontrol (diberikan injeksi placebo), C3 = diberikan butafosfan+vitamin B12 1 minggu sebelum melahirkan selama 3 hari berturut-turut, C6 = diberikan butafosfan+vitamin B12 2 minggu sebelum melahirkan, selama 3 hari berturut-turut setiap minggu. Injeksi dilakukan dengan cara intravena. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian butafosfan+Vitamin B12 dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah, menurunkan NEFA, dan menurunkan BHBA.

    Butasal-100 merupakan sediaan yang mengandung butafosfan dan vitamin B12. Butasal-100 dapat diberikan pada 2 minggu sebelum partus selama 3 hari berturut-turut atau setiap 5 hari setelah partus selama tiga minggu agar tidak terjadi NEB dan ketosis.


Daftar pustaka:

Furll M, Deniz A, Westphal B, Illing C, Constable PD. 2009. Effect of multiple intravenous injections of butaphosphan and cyanocobalamin on the metabolism of periparturient dairy cows. J. Dairy Sci. 93:4155-4164.

Pereira RA, Silveira PAS, Montagner P, Scheider A, Schmitt E, et al. 2013. Effect of butaphosphan and cyanocobalamin on postpartum metabolism and milk production in dairy cows. Animal. 7(7):1143-1147.

Rollin E, Berghaus RD, Rapnicki P, Godden SM, Overton MW. 2009. The effect of injectable butaphosphan and cyanocobalamin on postpartum serum β-hydroxybutyrate, calcium, and phosporus concentration in dairy cattle