Infeksius Bronkitis: Penyakit Multisistemik pada Ayam

Diterbitkan pada

Cover ib %281%29
Sumber : Canva

    Penyakit Infectious Bronchitis (IB) masih menjadi tantangan besar pada sektor peternakan unggas. Infectious Bronchitis Virus (IBV) tergolong dalam genus coronavirus dari family coronaviridae yang spesifik menyerang unggas, terutama ayam broiler dan layer (termasuk parent stock). IB pertama kali dilaporkan pada tahun 1931 yang menyerang ayam umur 2-3 minggu di Dakota Utara, Amerika Serikat dan sejak saat itu virus IB telah dilaporkan menyerang industri perunggasan di berbagai negara. Distribusi global berbagai strain IBV seperti Mass-type, 4/91 (793B or CR88)-like, D274-like (D207, D212 or D1466, D3896), and D3128, QX-like, and Italy-02 yang dapat dilihat pada gambar 1.1.


Gambar 1.1 Distribusi serotipe IBV di seluruh dunia (Bande et al., 2017).

    Sifatnya yang akut dan mudah menular pada ayam di berbagai umur menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar di dunia perunggasan, hal tersebut dikarenakan patogenisitasnya yang melibatkan berbagai sistem tubuh dan penekanan sistim imun (imunosupresi). IB termasuk ke dalam air borne disease atau penyakit yang ditularkan melalui udara baik secara direct (langsung) dari ayam sakit maupun indirect (tidak langsung) melalui peralatan, pakan, minum yang terkontaminasi virus. Meskipun awal masuknya IBV melalui saluran pernapasan bagian atas, virus dapat menyebar secara sistemik, bereplikasi dalam sel epitel berbagai organ terutama menimbulkan peradangan pada percabangan bronkus, menyebabkan luka pada ginjal serta saluran reproduksi.

    Pada ayam muda yang terinfeksi tampak mengalami gejala seperti keluar lender dari hidung, sesak nafas, ngorok, batuk, bersin dan bulu kusam. Pada ayam dewasa terutama layer dapat terjadi gangguan pernafasan, produksi telur menurun mencapai lebih dari 50%, serta penurunan kualitas telur seperti warna kerabang pucat, ukuran telur lebih kecil, kerabang lunak/hilang, bentuk abnormal, kerabang kasar dan albumin atau putih telur lebih encer yang dapat dilihat pada gambar 1.2. Selain itu gejala IB yang saat ini sering ditemukan adalah distensi abdomen akibat sistik oviduk yang berisi cairan, sehingga ayam memiliki postur tubuh mirip penguin.

Gambar 1.2. Dampak IBV terhadap kualitas telur ayam. Kiri:  bentuk telur abnormal. Kanan: albumin encer (Sumber: Zhang et al., 2020)

    Gambaran perubahan patologi anatomi akibat serangan virus IB dapat dilihat pada gambar 1.3. Perubahan anatomi akibat virus IB dalam bentuk respiratorik tampak adanya peradangan pada mukosa laring dan terdapat massa mengkeju. Airsacculitis serta perikarditis juga merupakan bagian dari perubahan akibat IB respiratorik. Dalam bentuk nefropatogenik tampak ginjal berwarna pucat, mengalami pembengkakan disertai dengan timbunan asam urat. Pada bentuk reproduksi akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas telur, pengecilan ovarium dan oviduk. Pembesaran pada rongga perut karena timbunan cairan dalam oviduk dapat ditemukan pada ayam yang terinfeksi virus Infectious Bronchitis (IB) varian QX.

    

Gambar 1.3. Lesi pada ayam terinfeksi Infectious Bronchitis Virus (IBV). A) Trakea peradangan dan eksudat catarrhal.  B) Ginjal bengkak dan pucat (Ren et al., 2020) C) Kista oviduk dan keterlambatan perkembangan sistem reproduksi. D) Kista oviduk (Sumber: Zhang et al., 2020)

Pengendalian dan Pencegahan

Sejauh ini belum ada pengobatan Infectious bronchitis (IB). Terapi supportif dan tindakan yang dapat dilakukan ketika ayam terserang penyakit IB antara lain:

  1. Memperbaiki kondisi tubuh ayam cepat membaik dengan pemberian multivitamin untuk mempercepat penyembuhan seperti Vitol-140, Introvit-AD3E WS, ataupun pemberian imunostimulan untuk meningkatkan kekebalan seperti Introvit-E-Selen.
  2. Mencegah adanya infeksi sekunder dengan pemberian antibiotik yang meringankan kerja ginjal seperti Doxy-500 WS.
  3. Mengatasi kebengkakan ginjal dengan pemberian RENOFLAS.
  4. Penerapan sanitasi dan desinfeksi rutin untuk mengurangi persebaran virus menggunakan desinfektan SPECTARAL dan INTERCIDE yang memiliki spektrum luas
  5. Lakukan seleksi dan revaksinasi secara tepat