Efek Negatif Ammonia Pada Unggas

Diterbitkan pada

Freerange2
Ilustrasi peternakan ayam broiler (sumber: Google Images).

Ammonia merupakan gas yang dihasilkan dari penguraian asam urat di feces ayam oleh bakteri tertentu di litter. Jika litter jarang diganti, maka level ammonia dalam kandang akan meningkat. Faktor utama yang mempengaruhi konsentrasi ammonia di udara dalam kandang adalah kondisi litter dan ventilasi udara. Kelembaban, pH dan suhu litter, mempengaruhi bakteri saat mengurai asam urat. Kurangnya ventilasi, feces yang lembek dan berceceran, tempat air minum yang terlalu penuh dan rendah posisinya merupakan penyebab utama litter menjadi basah.

Ammonia merupakan gas berbau tajam. Pada konsentrasi yang tinggi, ammonia dapat menyebabkan iritasi membran mucosa saluran pernapasan, konjungtiva dan cornea mata. Kerusakan pada membran mukosa tersebut dapat menyebabkan infeksi bakteri, terutama yang disebabkan oleh E. coli. Konsentrasi ammonia yang tinggi juga dapat menyebabkan efek negatif pada daya tahan, berat badan dan system imun ayam. Di Amerika Serikat, level maksimum ammonia yang ditetapkan oleh National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) dalam kandang unggas adalah 25 ppm, sedangkan oleh Occupational Safety and Health Administration (OSHA) adalah 50 ppm. Level tersebut  ditentukan berdasarkan pengujian selama 8 jam. Level 50 ppm merupakan level terendah yang dapat menyebabkan iritasi mata, hidung dan tenggorokan pada orang yang sangat sensitif. Pada umumnya manusia dapat mencium ammonia pada konsentrasi 20-30 ppm.

Berikut dampak negatif dari tingginya ammonia di kandang:

  1. Dampak Terhadap Mucosa Mata
    Ammonia merupakan gas yang sangat mengiritasi mukosa mata. Ammonia akan larut dalam cairan mata dan mucus membran menghasilkan ammonium hidroxyde, yaitu komponen senyawa alkaline yang mampu mengiritasi sehingga dapat menyebabkan konjungtivitis. Ayam yang terinfeksi akan mengalami kemerahan pada matanya, bengkak, sakit dan menghindari cahaya. Pada level ammonia yang tinggi, akan menyebabkan ulcer cornea hingga kebutaan. Kebutaan ini nantinya akan berpengaruh pada ketidakseragaman yang akan berdampak pada rendahnya flock performance. Broiler umur 15 hari dengan kornea yang terkikis. Kikisan terjadi pada pusat kornea dengan motif circular, putih keabuan, buram dan tampak kasar. Hal ini merupakan lesion yang parah dan menyebabkan kebutaan (Dunn, 1996).

  2. Dampak Terhadap Saluran Pernafasan
    Penciuman kita bisa mendeteksi dan merasakan bau ammonia di level 5 ppm (rendah) namun di level tersebut bisa berdampak iritasi ringan pada saluran pernafasan ayam modern baik layer maupun broiler (Michael Lacy dari Poultry Diagnostic Centre, Universitas Georgia). Di level 5 ppm, gas amonia mengakibatkan siliostasis (terhentinya gerakan silia atau bulu getar) dan desiliosis (kerusakan silia) pada permukaan saluran pernafasan ayam.
  3. Dampak Terhadap Konsumsi Pakan
    Tingginya kadar ammonia yang berlangsung dalam waktu lama bisa mempengaruhi beberapa fungsi fisiologis normal ayam misalnya efek sedatif pada system syaraf yang mempengaruhi palatabilitas ayam (nafsu makan) sehingga kecukupan nutrisi harian ayam berkurang yang berakibat penurunan performance ayam, misal pada layer penurunan HD dan berat telur.
  4. Dampak Terhadap Kerangka dan Kualitas Telur
    Menurut John Summers dari Universitas Guelph, Kanada tingginya kadar ammonia dapat mengakibatkan kondisi alkalosis pada ayam (pH cairan tubuh, termasuk cairan plasma darah lebih alkalis atau basa). Jika plasma darah bersifat lebih alkalis (pH > 7,2), maka sebagian besar protein plasma seperti globulin dan albumin akan terdisosiasi yang akan mengikat kalsium darah yang sebelumnya berupa ion bebas yang akan dideposit dalam jaringan tulang dan atau saluran telur.  Hal tersebut akan mengganggu pembentukan tulang atau kerangka ayam. Pada ayam petelur yang sedang produksi, kejadian alkalosis tentu saja akan mengurangi penyediaan zat kapur atau kalsium dalam saluran telur (oviduct).  Manifestasinya adalah kerabang telur yang tipis, pucat dan telur akan mudah pecah atau retak.

Pencegahan

Manajemen litter dan ventilasi yang baik akan mengurangi level ammonia, meningkatkan produktivitas, mengurangi terjadinya Penyakit respirasi, meningkatkan kesejahteraan unggas dan memberikan lingkungan kerja yang nyaman dan aman bagi pekerja kandang.

Treatment

Jika upaya pencegahan tidak sempat dilakukan dan efek negatif ammonia sudah mulai terlihat pada ayam, maka pemberian multivitamin seperti TM-VITA, VIT-ECO, PROEGG-VITA, OVAMIX, Introvit AD3E WS dan Introvit Oral dapat menjadi pilihan dalam membantu mengurangi manifestasi kerusakan organ lebih jauh dan memperbaiki jaringan yang sudah rusak. Tingginya kadar vitamin A, D3, E khususnya, dan sejumlah komponen lainnya dapat membantu melindungi tubuh dari penyakit, memperbaiki jaringan yang rusak, bahkan meningkatkan produktivitas ternak.

Pemberian antibiotic spectrum luas seperti Interflox Oral, Noran-200 WS dan Oral, Ciprolon dapat digunakan untuk membasmi infeksi penyakit bakterial jika ditemukan indikasi adanya suatu kasus penyakit. Informasi diatas diharapkan dapat membantu peternak untuk lebih peduli akan kebersihan kandang sehingga penyakit-penyakit ayam dapat terhindar dan penurunan produksi dapat dicegah.