Biosekuriti sebagai Gardu Utama Pencegahan AI

Diterbitkan pada

Masked workers hold chicken with bird flu %c2%a9rex shutterstock 615x346
Sumber gambar: Google images

Avian Influenza (AI) merupakan penyakit unggas yang telah ada di Indonesia sejak 2003. Prevalensi penyakit AI setiap tahunnya bersifat fluktuatif, di tahun 2014 terjadi peningkatan saat musim penghujan, namun di tahun 2015 peningkatan jumlah kasus terjadi saat musim kemarau. Potensi ternak unggas yang besar di Indonesia menjadi ladang merebaknya penyakit tersebut hingga saat ini. Populasi ayam ras pedaging di Indonesia hingga tahun 2015 mencapai 4 milyar dan ayam petelur 226 juta, ditambah jumlah ayam lokal sebanyak 87 juta ekor. Jumlah angka yang besar tersebut tidak seutuhnya merupakan ayam yang dipelihara dengan baik. Lingkungan kandang dan manajemen yang tidak memadai merupakan predisposisi merebaknya kasus AI.

Dalam hal manajemen, peternakan di Indonesia memiliki sistem perkandangan yang beragam. Masih banyak ditemui peternakan dengan tipe kandang tradisional. Apabila tata kelola kandang para peternak masih secara tradisional tanpa adanya benteng pertahanan berupa biosekuriti, maka manajemen pemeliharan untuk pencegahan AI yang berupa program kesehatan saja tidak akan cukup. Biosekuriti, sebagai salah satu tindakan manajemen seringkali masih dianggap sulit untuk diadaptasikan dan diaplikasikan di kandang bagi sebagian peternak, padahal jika diaplikasikan dengan baik dan benar dapat berimbas besar pada pencegahan penyebaran penyakit. Penerapan biosekuriti sistem produksi unggas dikelompokkan menjadi 4 sektor seperti yang tertera pada Gambar 1.

Gambar 1. Sistem produksi unggas di Indonesia (Yusdja, dkk., 2004).

Penjelasan berdasarkan kelompok biosekuriti tersebut, yaitu:

  1. Sektor 1: Peternakan yang melaksanakan biosekuriti sangat ketat (high level Biosekuriti) sesuai dengan prosedur standar. Contoh dari sektor ini adalah golongan industrial integrated system seperti pembibitan (breeding farm).
  2. Sektor 2: Peternakan komersial dengan moderate to high level biosecurity. Sektor ini mencakup peternakan dengan ruangan tertutup/indoor, sehingga unggas dan burung lain tidak dapat kontak dengan ternak ayam (penggunaan kandang close house atau semi close house).
  3. Sektor 3: Peternakan komersial yang melaksanakan biosekuriti apa adanya dan masih terdapat kontak dengan unggas lain atau orang yang masuk peternakan. Umumnya peternakan komersial yang ada di Indonesia masuk dalam sektor ini.
  4. Sektor 4: Unggas (ayam) yang dipelihara secara tradisional dengan minimal biosekuriti, produknya ditujukan untuk dikonsumsi atau dijual untuk kebutuhan daerah setempat. Peternakan yang termasuk dalam sektor ini adalah ayam buras di daerah kampung.

Gambar 2. Celup alas kaki, sebagai bentuk penerapan biosekuriti (sumber : Google images)

Mengingat bahwa virus AI dapat menular ke manusia (zoonosis), maka tindakan pencegahan serta pengendalian terhadap AI harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Selain biosekuriti, vaksinasi, eliminasi ayam sakit, pengawasan lalu lintas ternak unggas juga perlu diterapkan. Secara global, tindakan pengendalian AI dapat dilakukan melalui surveilans, restrukturisasi perunggasan, public awareness dan peraturan perundangan. Virus AI mampu bertahan di air sawah atau kolam dengan suhu 25-32°C selama 1 pekan. Kewaspadaan yang dapat dilakukan sebagai tindakan biosekuriti berkaitan dengan ketahanan virus dalam air dan lingkungan yaitu penggunaan disinfektan.

Disinfektan secara luas digunakan pada saat pembersihan kandang, celup kaki, maupun membersihkan peralatan kandang. Namun, manfaat disinfektan sesungguhnya tak terbatas untuk kandang saja, disinfektan dapat digunakan untuk disinfeksi air dan telur. Sterilisasi air bermanfaat untuk menjaga kualitas air minum untuk menghindari kontaminasi agen patogen, sehingga layak diminum oleh ayam. Program biosekuriti kandang dapat ditunjang dengan produk disinfektan yang diproduksi oleh PT. Tekad Mandiri Citra, diantaranya SPECTARAL, KLORIN-GARD, BENZAKLIN, ataupun INTERCIDE. SPECTARAL merupakan disinfektan yang mengandung kombinasi antara Glutaraldehyde dan Quartenary Ammonium Compound yang bekerja sinergis, tidak korosif, berspektrum luas dan berdaya bunuh kuat terhadap berbagai macam agen pathogen. Glutaraldehyde memiliki spectrum yang luas dan aktif dalam bahan organik seperti feses, darah, eksudat. Kemampuannya dalam membunuh spora lebih cepat dibandingkan formaldehyde. KLORIN-GARD yang berbentuk tablet effervescent menghasilkan asam hipoklorus ketika dilarutkan ke dalam air mampu untuk membunuh semua organisme penyebab infeksi. Sterilisasi air minum menggunakan KLORIN-GARD akan aman untuk dikonsumsi ternak. BENZAKLIN memiliki kandungan Dimethyl cocobenzyl ammonium chloride yeng berfungsi untuk membunuh semua pathogen penyebab infeksi, namun tidak bersifat korosif. Aplikasinya mudah dan dapat digunakan secara rutin untuk disinfeksi. INTERCIDE merupakan antiseptika dan disinfektan yang mengandung povidone iodine, efektif membunuh virus bakteri, jamur, protozoa dan mikoplasma. Selain digunakan untuk biosekuriti kandang, INTERCIDE dapat digunakan untuk sanitasi air dan habitat perairan lainnya. Biosekuriti akan menolong peternak menjaga lingkungan kandang untuk kehidupan ayam hingga panen tercapai maksimal.