Ancaman Mikotoksin di Musim Hujan

Diterbitkan pada

Image
Sumber gambar : https://images.app.goo.gl/U6nN8hghn8NuDmp49

    Musim hujan seperti sekarang ini menyebabkan hewan ternak lebih rentan terhadap penyakit, salah satunya adalah penyakit yang disebabkan oleh mikotoksin. Mikotoksin merupakan metabolit dari jamur, bersifat toksik untuk hewan dan manusia. Mikotoksin sulit untuk dihindari dan akan termakan oleh hewan dan manusia. Banyak faktor yang berpengaruh adanya kontaminasi mikotoksin pada pakan.

Ada beberapa mikotoksin, diantaranya aflatoksin, fumonisin, okratoksin, zearalenon, dan deoksinivalenol (DON)

  1. Aflatoksin diproduksi oleh Aspergillus flavus, bersifat toksik pada hati, menyebabkan penurunan berat badan harian, dan kualitas telur
  2. Fumonisin diproduksi oleh Fusarium moniliforme, biasa ditemukan sebagai kontaminan pada jagung dan menyebabkan penurunan produksi telur, penurunan intake pakan pada sapi, dan juga meningkatkan kolonisasi E.coli di usus halus dan usus besar pada babi
  3. Okratoksin diproduksi oleh Aspergillus ochraceus, menyebabkan kematian pada ayam
  4. Zearalenon diproduksi oleh Fusarium graminearum merupakan toksin estrogen sehingga akan mempengaruhi system reproduksi, kematian embrio dalam telur, dan penurunan titer antibodi pada breeder broiler
  5. Fusarium graminearum memproduksi DON dan T-2 toksin. Kedua toksin ini termasuk dalam mikotoksin trikotesena. Deoksinivalenol kurang toksik pada ayam broiler

    Batas toleransi mikotoksin setiap hewan bergantung padasies, umur, ataupun status fisiologis hewan.

    Tangendjaja et al. 2008 menyebutkan sampel jagung lokal (Indonesia) mengandung aflatoksin 7 kali lebih banyak daripada sampel jangung Impor (USA dan Argentina). Jagung impor sudah melalui proses pasca panen yang baik dengan menggunakan mesin yang lebih canggih. Selain itu, USA dan Argentina merupakan lokasi yang kurang baik untuk perkembangan jamur sedangkan Indonesia memiliki iklim tropis dan kondisi yang lembab sehingga baik untuk perkembangan jamur.  Sampel jagung yang dipanen saat musim hujan memiliki level aflatoksin, okratoksin dan deoksinivalenol yang tinggi jika dibandingkan dengan jagung yang dipanen saat musim panas. Hal ini berkaitan dengan kandungan air yang ada pada jagung. Masalahnya, petani tidak mempunyai fasilitas untuk mengeringkan jagungnya sehingga kandungan air dalam jagung meningkatkan infeksi jamur saat penyimpanan.

Perlakuan untuk menghindari adanya mikotoksin pada pakan:
1. Mikotoksin screening
Analisis rutin dari bahan-bahan pakan untuk mendeteksi adanya mikotoksin sebelum dilakukan formulasi pakan merupakan hal yang penting. TLC dan ELISA merupakan metode yang relatif mudah dan cepat untuk mendeteksi mikotoksin
2. Mengatur kelembaban/temperature
Kontrol kelembaban penting dilakukan untuk mencegah pertumbuhan jamur dan produksi mikotoksin. Bahan pakan harus disimpan di tempat dengan ventilasi baik, terlindungi dari hujan dan temperatur yang fluktuatif. Kelembaban biji-bijian harus dijaga <13%. Pembersihan alat-alat yang berkaitan dengan pakan akan membantu mengontrol pertumbuhan jamur
3. Segera diberikan kepada ternak setelah pakan diproduksi
Sebaiknya jeda antara produksi pakan sampai diberikan kepada ternah sesingkat mungkin


    Diatomite-SPECTRA merupakan mikotoksin binder dengan kandungan yang lengkap yaitu Diatomite, Yeast Cell Wall, dan Clinoptilolite. Diatomite dapat mengikat mikotoksin secara umum. Yeast cell wall mengandung Mannan Oligosakarida (MOS) yang berperan sebagai mikrobiologi binding agent. Fungsinya  dapat mengikat DON, zearalenon, okratoksin, fumonisin, T-2, dan aflatoksin B1. MOS secara signifikan dapat meningkatkan berat badan dan meningkatkan sistem imun. Selain itu, pemberian MOS secara signifikan dapat meningkatkan konsentrasi IgA dan IgG pada ayam. Clinoptilolite dalam Diatomite-SPECTRA dapat mengikat Aflatoksin B1 dan amoniak.

    Pemberian Diatomite-SPECTRA 0.5-2.5 kg per ton terbukti mampu meminimalisir efek buruk dari mikotoksin dalam pakan.

    Selain pemberian mikotoksin binder, pemberian ANTI-HEATSTRESS dapat dilakukan sebagai antioksidan yang dapat menginaktivasi mikotoksin secara biologis. ANTI-HEATSTRESS mengandung Vitamin A, vitamin C dengan kandungan paling tinggi, vitamin E dan juga Selenium. Antioksidan memiliki kemampuan melindungi sel membran dari kerusakan sel yang diakibatkan oleh mikotoksin.


Referensi:
Abdallah MF, Girgin G, Baydar T. 2015. Occurrence, prevention, and limitation of mycotoxins in feeds. Animal Nutrition and Feed Technology. 15(2015):471-490.

Patil RD, Sharma R, Asrani RK. 2014. Mycotoxicosis and its control in poultry: a review. Journal of Poultry Science and Technology. 2(1):1-10.

Tangendjaja B, Rachmawati S,Wina E.2008. Mycotoxin contamination of corn used by feed mills in Indonesia.  Journal of Agricultural Science. 9(2): 68-76